🎳 Piso Gaja Dompak Sisingamangaraja
BenderaSisingamangaraja XII Pahlawan Tanah Batak Sumatera Utara dan salah satu pejuang yang melawan Belanda.Ia diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai P
2mBpl. Tentang Media berita online adalah satu program kerja Forum Bangso Batak Indonesia FBBI untuk mencapai visinya "Memajukan Bangso Batak di Bonapasogit kampung halaman, semua Puak Batak, baik di pedesaan maupun perkotaan, serta Bangso Batak di manapun berada di Indonesia dan Luar Negeri."
Monang Naipospos Barangkali anda pernah mendengar bahwa Raja Sisingamangaraja memiliki pusaka Piso Solam Debata. Ada juga yang menyebut nama pisau pusaka itu Gaja Dompak. Apa arti kedua sebutan itu ? Bicara mengenai pusaka, baik itu milik Raja Sisingamangaraja, yang terbayang adalah kasiat dan kekuatan daya magisnya. Tapi mohon maaf, bagi yang cenderung magis, saya tidak membahas itu. Banyak yang membicarakan pusaka batak seperti piso halasan, pinggan pasu dari kajian magisnya. Mereka menyebut pusaka yang dapat mendatangkan hujan, pinggan yang dapat melumpuhkan racun dan beragam keyakinan lainnya. Pemikiran mereka itu ditularkan dari orang ke orang sehingga kesadaran mereka hilang dari pemaknaan pusaka itu sendiri sebagai lambang kebesaran, hakekat kemanusiaan. Lambang kebesaran itu dilihat dari segi manfaat bagi sesama dalam koridor ketaatan kepada “patik dohot uhum” aturan dan hukum. PISO Piso, artinya pisau. Runcing dan tajam, mengarit dan memotong. Dalam intonasi berbeda, piso dapat juga disebutkan untuk wajah yang agak runcing, mata yang tajam. Runcing, dalam pengertian benda adalah yang dengan mudah dan handal untuk melakukan penetrasi kepada objek yang disasarnya. Dalam bahasa batak disebut “rantos” Rantosna, adalah ketajamannya. Dalam pengertian kecerdasan berpikir, kecerdasan intelektual hingga geniusitas seseorang diartikan sebagai ketajaman melihat sesuatu permasalahan, peluang dan kecerdasan mengambi kesimpulan dan tindakan. Pemimpin Batak diharapkan memiliki kecerdasan intelektual untuk handal melakukan tindakan bermanfaat untuk semua kalangan. Dalam berstruktur, kecerdasan berpikir individu dapat dihimpun dengan kesepakatan akhir. Kesepakatan yang menjadi keputusan itu disebut “tampakna”. “Marnatampak” artinya duduk bersama, bermusyawarah. Hasil keputusan bersama ini disimpulkan menjadi output ketajaman pikiran, kecerdasan itelektual mereka. Hasil keputusan ini diandalkan mampu melakukan penetrasi saat operasional. Inilah yang disebut “tampakna do rantosna, rim ni tahi do gogona”. Hasil kesepakatan adalah keputusan intelektual yang handal dan dengan bersama-sama menjadi kekuatan operasionalnya. SOLAM Solam, artinya terbatas. Parsolam adalah seseorang yang membatasi diri. Ada yang membatasi diri secara permanen dari makanan tersentu. Bagi seseorang yang terbatas selera untuk makanan tertentu, apakah diakibatkan oleh penyakit yang bersifat sementara atau karena kelelahan disebut juga “solam”. Solam cenderung menjadi sifat internal yang melakukan batasan, sementara yang dipantangkan itu disebut “subang”. Keinginan, kehendak, tindakan seseorang yang dinilainya baik untuk dirinya belum tentu bermanfaat dan berdampak baik untuk orang lain. Seseorang yang pintar dan cerdas harus mampu melakukan kajian apakah buah pikirannya, tindakannya berakibat baik atau buruk kepada yang lain. Bila lebih besar dampaknya ke arah yang kurang baik, maka dia harus melakukan pembatasan tindakan. Ketulusan hati dan kebersihan jiwa adalah awal kemampuan melakukan “solam” pembatasan. Pemimpin yang menyadari itu akan menunda sesuatu tindakan yang dipikirkan berdampak buruk jangka panjang kepada masyarakat. HALASAN Las, artinya hangat. Las roha, artinya hati senang. Halasan artinya kesenangan. Kesenangan pribadi belum tentu menjadi kesenangan publik. Semua tindakan yang dilakukan seorang pemimpin harus menjadi kesenangan bagi orang banyak. Penetapan Aturan secara bersama dan penegakan hukum yang adil adalah yang membawa manfaat “halasan” bagi orang banyak. PISO HALASAN Biasanya dimiliki seorang pemimpin batak yang sudah memiliki otoritas hingga di tingkat BIUS. Ini adalah lambang kebesaran “hasangapon” bagi dirinya yang membawa manfaat bagi orang banyak. Menegakkan hukum yang adil dan memberi jalan kehidupan bagi warga. Mereka cerdas, namum mampu membatasi diri untuk tidak terjerumus kepada kepentingan pribadi. Pola pikirnya tajam “piso” mencari solusi dalam setiap permasalahan dan memperluas wawasan mencari peluang untuk kesejahteraan. Pisau adalah lambang kecerdasan, dan sarungnya adalah hukum yang melakukan “solam” pembatasan dari hal yang menjerumuskannya kepada perbuatan yang dapat merugikan masyarakat. Semua hasil pemikiran, tindakan pemimpin akan bermanfaat untuk orang banyak, kerukunan, kedamaian, kesejahteraan yang menjadi “halasan” kesenangan yang lebih berarti, kebahagiaan. PISO SOLAM DEBATA Hanya dimiliki seorang yaitu baginda Raja Singamangaraja. Penjelasan maknanya sama dengan piso halasan. Perbedaannya adalah, bila para raja di kalangan masyarakat adalah otonom bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat, Solam Debata mengartikan fungsi Singamangaraja sebagai lambang keadilan dan mempertanggungjawabkan semua tindakan dan perbuatannya kepada Mulajadi Nabolon. Beliau ada dalam suasana “pardebataan”. Beliau seorang “Malim” orang suci yang disucikan “na pitu hali malim, na pitu hali solam”. Setiap saat melakukan komunikasi dengan penciptanya pemberi amanah tugas dan wewenang kepada dirinya. Amanah itu pula yang diberikan kepada para raja batak untuk melakukan tugas dan wewenang kemanusiaan yang adil dan beradab. GAJA DOMPAK Gaja Dompak adalah sebutan untuk bentuk ukiran yang berpenampang gajah. Ruma dan Sopo di Toba masih ditemukan memakai singa-singa dengan ukiran Gaja Dompak. Ukiran para tangkai Piso Solam Debata mungkin saja berbentuk gajah sehingga disebut Gaja Dompak. Konon Sisingamangaraja I Raja Manghuntal disebut menerima amanah harajaon dari Raja Uti. Sisingamangaraja dianugerahi seekor gajah putih dan piso berukir Gaja Dompak yang kemudian dikenal Piso Solam Debata. Bila ada pemikiran lain bahwa Piso gaja Dompak berbeda dengan Piso Silam Debata sehingga dalam pengertiannya ada dua piso pusaka itu, kiranya dapat terbukti. Saya hanya mampu menjelaskan pemaknaan piso Solam Debata dan pengertian saya yang terbatas dengan Gaja Dompak. Piso Halasan dan Piso Solam Debata adalah lambang kebesaran pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual menegakkan keadilan dan memberikan kehidupan yang damai dan sejahtera kepada umat manusia dan senantiasa bertanggungjawab kepada Tuhan Yang maha Esa. Anda mungkin sudah mengetahui dari kajian akademis tentang EQ, IQ dan SQ, namun leluhur batak sudah mengimplementasikannya dalam “hadirion” kepribadian seorang pemimpin dan masyarakat. Bila ada berkeinginan memberikan lambang kebesaran itu kepada pemimpin negeri maka berilah mereka pemahaman akan pengertian lambang itu sehingga mereka tidak menjadi koruptor dan getol mempermainkan hukum. Bila itu tidak terpenuhi, maka pemberian itu merupakan kesalahan prosedur dan pemahaman makna dan nilai budaya batak. Itu memplesetkan lambang kebesaran batak itu. Bila ada berkeinginan menjual pusaka seperti ini yang dulunya lambang kebesaran leluhur penegak keadilan dan peradaban, mungkin dia menilai leluhurnya itu orang sesat. Dia menganggap pisau itu magis, menggorok orang, diberi sesajen darah manusia. Maka saya katakan justru anggapan itulah yang sesat. Mereka mungkin dipengaruhi virus pikiran dari orang yang tidak ingin kebesaran peradaban batak muncul ke permukaan. Atau mungkin terpengaruh strategi para pedagang barang antik sehingga dengan mudah dapat mendapatkan barang pusaka kebesaran pribadi pemimpin batak itu. Tautan ; Pemimpin Batak SANGKAMADEHA Pesona Boru Batak MENYIBAK TABIR MENAMPAK ISI Diterbitkan oleh tanobatak Selamat datang di situs tanobatak. Situs ini dibuat untuk menjadi wadah bagi semua orang yang peduli dan perhatian terhadap budaya dan tanah batak Lihat semua pos dari tanobatak Telah Terbit Juli 28, 2008Oktober 21, 2008
Senjata tradisional Sumatera Utara memang sangat beragam. Kekayaan budaya yang ada di tanah Batak ini memang terkenal dengan ciri khas tersendiri. Jenis senjata yang diwariskan secara turun-temurun pun sangat beragam. Banyak hal yang dapat kita pelajari tentang Senjata Asal Sumatera Utara, karena keunikannya. Bagi Anda ygn ingin mengetahui tentang Senjata Tradisional Sumatera Utara, berikut adalah informasi lengkapnya yang admin dapat dari berbagai sumber terpercaya. Daftar Senjata Tradisional Sumatera UtaraTongkat Tunggal Gaja DompakPiso Silima Sitolu Sasarung. Daftar Senjata Tradisional Sumatera Utara Tongkat Tunggal Panaluan. Senjata tradisional ini mempunyai nama tunggal panaluan yang berupa sebuah tongkat berupa relief patung kemudian dihiasi dengan bulu-bulu halus. Tampilannya secara fisik memang tidak begitu memberikan efek serius jika digunakan untuk menyerang seseorang. Meskipun demikian, masyarakat Batak Toba yakin bahwa pada masa lampau Raja Batak menggunakan senjata ini untuk melumpuhkan lawan walaupun tanpa bersentuhan langsung. Tentu saja hal ini mengisyaratkan adanya sisi mistis dari senjata tradisional Sumatera Utara ini. Senjata ini kerap disucikan secara khusus oleh masyarakat setempat. Sekarang ini, masih ada satu tombak tunggal panaluan yang masih tersisa yang disimpan di dalam Museum Gereja Katolik yang ada di Samosir. Piso Karo. Selanjutnya adalah Piso karo senjata tradisional khas Sumatera Utara yang cukup legendaris. Jenis senjata ini nyaris sama dengan pisau gading. Perbedaannya terletak pada bentuk gagangnya yang jika diperhatikan cukup signifikan. Perbedaannya terletak pada cara pembuatannya. Jika pisau gading dibuat dengan cara diukir, mata pisau Karo menggunakan kayu dan tanpa ukiran. Posisi keunikannya terletak pada ujung pegangan yang mempunyai cabang dan sarungnya sudah dilengkapi dengan perak dan suasa sebagai pamornya. Piso Sanalenggam. Berikutnya adalah piso Sanalenggam yang juga merupakan senjata tradisional asal Sumatera Utara. Senjata ini terdiri dari sebilah pedang yang bentuknya cukup unik. Gagangnya terbuat dari kayu yang diukir sedemikian rupa sehingga terlihat seperti patung seorang pria yang tengah menunduk. Adapun bentuk patung pada gagang piso ini sama persis seperti patung-patung suku Maya yang ada di dataran Amerika Tengah. Kemiripan ini pun masih menjadi teka-teki para sejarawan. Piso Toba. Senjata tradisional dari Sumatera Utara berikutnya adalah pisau Toba, dimana piso ini berasal dari masyarakat Batak Toba. Bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan pisau Batak lainnya. Batangnya melengkung ke dalam dengan tujuan agar memudahkan penggunaannya ketika dipegang. Lihat juga Kebudayaan Sumatera Utara Lengkap Piso Gading. Piso ini berupa sebilah pedang dengan bilah yang sangat tajam. Senjata tradisional satu ini disebut Piso Gading dikarenakan gagang pegangannya terbuat dari gading gajah. Disebabkan oleh bahannya yang langka ini, maka pedang ini sudah sangat sulit untuk ditemukan. Adapun satu yang masih tersisa ialah pisau gading peninggalan raja Batak Toba yang dibuat sekitar abad ke-19. Hujur Siringis. Senjata tradisional dari Sumatera Utara berikutnya adalah Hujur Siringis. Senjata ini berbeda dengan senjata tradisional Sumatera utara piso serit. Dari berbagai penulisan sejarah diketahui bahwa Hujur Siringis ini merupakan senjata tradisional yang paling pertama kali ditemukan. Senjata dengan bentuk tombak ini diyakini sebagai senjata utama para prajurit kerajaan Batak di masa yang lampau. Senjatanya terbuat dari kayu yang ringan tetapi kuat dengan bilah pisau yang runcing pada bagian ujungnya. Piso Gaja Dompak Bisa dikatakan bahwa senjata tradisional dari Sumatera Utara yang satu ini cukup terkenal dan bahkan bisa dikatakan yang paling terkenal. Sesuai dengan namanya, senjata ini berupa sebilah pisau yang sudah dilengkapi dengan ukuran ukiran gajah pada bagian gagangnya. Dari sejarahnya, piso Gaja Dompak ini berasal dari warisan raja yang ada di kerajaan Batak pertama yaitu Raja Sisingamangaraja 1. Sebagai pusaka yang diwariskan turun temurun, maka pisau ini tidak pernah digunakan untuk berperang maupun menumpahkan darah. Meskipun begitu, masyarakat tradisional Batak yakin bahwa adanya kekuatan magis yang dipunyai oleh senjata ini. Piso Gaja Dompak adalah pusaka yang mempunyai peran penting dalam perkembangan kerajaan Batak dan biasanya hanya digunakan untuk alarm kalangan Raja saja dari segi sejarahnya pisang raja Jombang ini sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja yang pertama. Hal ini juga didasarkan pada kepercayaan masyarakat setempat dengan adanya mitos yang berasal dari tradisi lisan yang kemudian tercatat dalam aksara. Sejarah senjata tradisional Sumatera Utara ini dikisahkan bahwa pada zaman dahulu, ada seorang bernama Bona Ni Onan yang tidak lain merupakan putra bungsu dari Raja Sinambela Ketika pulang dari perjalanan jauh Bona Ni Onan mendapati istrinya sedang hamil. Ia pun meragukan kandungan istrinya. hingga suatu malam ia bermimpi didatangi seorang roh. Lihat juga Rumah Adat Indonesia Roh itu mengatakan jika anak yang ada di dalam kandungan sang istri adalah titisan roh Batara Guru dan jika anak tersebut kelak akan menjadi raja yang mempunyai gelar Sisingamangaraja. Bona Ni Onan memastikan tentang adanya kebenaran mimpi tersebut kepada sang istri. Istrinya pun bercerita jika ketika ia mandi di tambak sulu atau di hutan rimba ia mendengar adanya suara gemuruh yang kemudian diikuti dengan tampaknya cahaya merasuki tubuhnya. Setelah tahu bahwa dirinya hamil, ia pun percaya bahwa ia tengah bertemu dengan roh Batara Guru. Kehamilannya pun tidak seperti kehamilan pada umumnya yang memakan waktu 19 bulan. Selain itu, saat kelahiran sang anak, terjadi badai topan dan gempa bumi yang dahsyat. Itu sebabnya putranya diberi nama manghuntai yang artinya gemuruh gempa. Ketika beranjak dewasa, Manghuntai mulai menunjukkan sifat-sifat yang ajaib yang memperkuat ramalan bahwa dirinya ialah calon raja. Saat remaja, Manghuntai pun pergi menemui Raja Maha Sakti yang bernama Raja Uti guna memperoleh pengakuan. ketika ia hendak menemui Raja Uti ia menunggu sambil memakan makanan yang disuguhkan oleh istri si raja. Secara tidak sengaja, ia mendapati Raja Uti bersembunyi di atap dengan rupa seperti moncong babi. Raja Uti pun kemudian menyapa Manghuntai dan menanyakan maksud kedatangannya menemui raja. Ia kemudian meminta seekor gajah putih yang kemudian bersedia memberikan syarat itu. Konon, Piso Gaja Dompak ini tidak bisa dilepaskan dari pembungkusnya kecuali orang memiliki kesaktian dan Manghuntai lah yang bisa membukanya ketika itu. Ia pun menjadi raja dengan Sisingamaraja 1. Hingga saat ini masyarakat Batak masih percaya akan adanya mitos ini. Senjata tradisional Sumatera dan penjelasannya ini bisa menjadi informasi hingga saat ini bagi sejarah kebudayaan yang ada di Sumatera Utara. Secara filosofis piso Gaja Dompak memuat simbol-simbol bentuk runcing dari senjata ini di dalam bahasa Batak disebut dengan rantos yang artinya ketajaman berpikir dan juga kecerdasan intelektual. Tajam melihat permasalahan dan peluang juga bisa menarik kesimpulan dan bertindak. Ukiran yang berpenampang gajah diduga diambil dari sebuah mitos yang memberikan piso Gaja Dompak dan juga seekor gajah putih. Pada Manghuntai maupun Sisingamangaraja 1 ialah lambang kebesaran pemimpin Batak yang mempunyai kecerdasan intelektual guna berbuat adil pada rakyat dan juga bertanggung jawab kepada Tuhannya. Piso Silima Sarung. Berikutnya senjata tradisional suku Batak bernama piso Silima Sarung. Arti piso Silima Sarung ini ialah di dalam satu sarung terdapat 5 buah mata pisau sehingga senjata tradisional ini punya ketajaman tersendiri dan harus hati-hati ketika menggunakannya. Menurut orang Batak, manusia lahir ke dunia ini mempunyai empat roh dimana kelima badan yang berubah wujud. Di dalam ilmu meditasi guna mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa maka terlebih dahulu harus menyatukan 4 roh ini. Lihat Juga Pakaian Adat Sumatera Utara Piso Sitolu Sasarung. Senjata tradisional piso Sitolu Sasarung ini ialah pisau yang mempunyai satu sarung yang dimana di dalamnya terdapat tiga buah mata pisau. Pisau ini sendiri melambangkan kehidupan orang Batak yang menyatu pada 3 benua. Adapun ketiga benua itu adalah benua atas, benua tengah, dan juga benua bawah. Selain itu, hal ini juga melambangkan agar debata natolu debata guru yang merupakan kebijakan, batara surya yang artinya keimanan dan kebenaran batara bulan yang merupakan kekuatan tetap menyertai orang Batak dalam kehidupan sehari-harinya. Demikianlah informasi lengkap mengenai senjata tradisional Sumatera Utara. Keragaman budaya yang diwariskan secara turun temurun memang begitu banyak. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan dan bermanfaat untuk ilmu pengetahuan seputar kebudayaan.
piso gaja dompak sisingamangaraja