🕛 Perbedaan Alquran Hadis Dan Ijtihad

SehinggAl-Qur'an sendiri juga memiliki bahasa dan makna yang langsung berasal dari Allah SWT. Sedangkan hadits merupakan segala perilaku, pikiran, perbuatan dan ucapan dari Nabi Muhammad SAW sehingga Hadits memiliki bahasa dan makna yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. Al-Qur'an merupakan salah satu mukjizat dari Allah yang diturunkan Jadiuntuk menjadikan Al-Qur'an terus berbicara maka membutuhkan metodologi baru yang bisa mengakomodasi perkembangan zaman sehingga Al-Qur'an menjadi elastis dan fleksibel.5 [5] 1 [1]Kurdi, dkk. Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 59 2 [2] Metodologi berasal dari kata method dan logos. Ijtihadmemiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur'an dan hadis. Ijtihad dilakukan jika suatu persoalan tidak ditemukan hukumnya dalam al-Qur'an dan hadis. Namun demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur'an maupun hadis. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang artinya: AlQuran dan Hadits berasal langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ijtihad merupakan hasil pemikiran umat Islam, yakni para ulama mujtahid (yang berijtihad), dengan tetap mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Al-Quran Ijtihadadalah pengerahan segenap upaya untuk menemukan hukum sesuatu secara rinci. Ijtihad juga merupakan salah satu sumber hukum Islam setelah Al-Quran, al-Hadits, Ijma, dan Qiyas. Hasanyakni hadits yang baik, memenuhi syarat seperti hadits shahih, letak perbedaannya hanya dari segi kedhobitannya (kuat hafalan). Hadits shahih kedhobitannya lebih sempurna daripada hadits hasan. Dhaif yakni hadits yang lemah. Maudhu yakni hadits yang palsu atau dibuat-buat. 3. Ijtihad Perbedaanal quran, hadits, dan ijtihad? - 1225327 safiranurh safiranurh 27.10.2014 B. Arab dari bahasa Arab yang artinya baru,tidak lama,ucapan,pembicaraan,dan cerita.Menurut istilah ahli hadis yang dimaksud dengan hadis adalah segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW,berupa ucapan,perbuatan,dan takrir (persetujuan Nabi SAW Sebagaisalah satu acuan dalam menentukan atau menetapkan suatu hukum. Untuk itu, perlu adanya penjabaran tentang sumber-sumber ajaran Islam tersebut seperti Al-Qur'an, Hadist, Ijma', Qiyas, dan Ijtihad. Agar mengerti serta memahami pengertian serta kedudukannya dalam menentukan suatu hukum ajaran Islam. B. Rumusan Masalah. Sehinggaapa itu Ijtihad adalah konsep yang bisa memperkuat Alquran dan hadis. Jadi, dapat dikatakan bahwa apa itu ijtihad adalah sumber hukum ketiga setelah Alquran dan Hadits. Apa itu ijtihad adalah alat penafsiran yang menerapkan penalaran hukum sesuai syariat Islam. Sebagai suatu kebutuhan dasar yang telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. TEZE. Sumber hukum Islam merupakan sebuah rujukan, landasan atau dasar yang utama dalam pengambilan hukum Islam. Hal itu menjadi dasar utama dan menjadi poko ajaran agama Islam sehingga segala sesuatu harus lah bersumber dan berpatokan padanya. Setiapa permasalah yang muncul dikalangan umat Islam hendaknya di selesaikan sesuai dengan apa yang tertulis didalam Al-Qur'an, Hadits Nabi SAW ataupun Ijtihad dari para ulama. Al-Qur'an sebagai satu - satunya sumber hukum yang sempurna memiliki tiga sifat yakni dinamis, benar dan mutlak. Dinamis mengandung pengertian bahwa Al-Qur'an berlaku dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja tanpa pandang bulu. Benar mengandung makna bahwa apa yang terkandung di dalamnya mengandung kebenaran dan dapat dibuktikan dengan fakta dan bahkan oleh penelitian modern. Mutlak mengandung pengertian bahwa Al-Qur'an mengandung kebenaran yang tidak terbantahkan. Kedudukann sumber Hukum Islam pertama dan yang paling utama adalah Al-Qur'an kemudian di ikuti dengan Hadits atau sunah Nabi Muhammad SAW dan yang ketiga adalah Ijtihad Para ulama salafus shaleh. Ketika kita bernbicara tentang hukum dalam agama Islam maka tidak bisa lepas dari apa yang disebut sebagai fiqih. Apakah Fiqih itu? Menurut bahasa, kata “Fiqh” berasal dari kata "faqiha-yafqahu-fiqihan" yang bermakna mengerti atau memahami. Dengan demikian maka kata fiqh mengandung pengertian kepahaman dalam hukum syariat yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan kata lain, maka fiqh adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah SWT yang berhubungan dengan segala amaliah mukallaf baik yang wajib, sunah, mubah,makruh, atau haram yang bersumber pada dalil-dalil yang jelas tafshilli. Kemudian ketika berbicara tentang fiqih maka satu bidang keilmuan dalam agama Islam yang diisebut Ushul fiqh. Ushul Fiqh berasal dari dua kata, yakni "Ushul" dan "Fiqh." Kata Ushul merupakan bentuk jamak dari kata Ashl اصل yang artinya kuat rajin, pokok sumber, atau dalil tempat berdirinya sesuatu. Maka dapat disimpulkan bahwa ushul fiqh itu adalah ilmu yang mempelajari dasar-dasar atau jalan yang harus ditempuh dalam melakukan istimbath hukum dari dalil-dalil syara’. Berikut ini saya akan membahas lebih detail lagi tentang ketiga sumber hukum Islam di atas, yakni Al-Qur'an, Hadits dan Ijtihad agar kita sama - sama dapat memahaminya dengan baik. Karena ini adalah pembahasan berseri maka saya akan memulainya dengan mengulas lebih detail tentang Al-Qur'anul Karim terlebih dahulu. Silahkan baca baik - baik uraian berikut ini. AL-QUR'ANUL KARIM a. Pengertian Al-Qur'an Dari segi bahasa, Al-Qur'an berasal dari kata "Qara'a - yaqra'u - qira'atan - qur'anan" yang memiliki arti sesuatu yang di baca atau bacaan. Dari sisi istilah, Al-Qur'an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara mutawattir, ditulis dalam mushaf, dumulai dengan surah Al-Fatihah dan di akhiri degan surah An-Nas, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW, dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi seluruh umat manusia. Allah SWT telah berfirman dalam surah Al-Isra ayat ke 9, sebagai berikut إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا Artinya Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. QS. Al-Isra 9 Turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW melalui beberapa cara dan keadaan, antara lain sebagai berikut Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW dalam wujud seorang laki-laki yang mengucapkan kata-katanya. Wahyu kepada Nabi Muhammad SAW datang seperti gemirincing lonceng. Malaikat Jibril menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW benar-benar sebagaimana rupanya yang asli. Ayat-ayat yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, dapat dibagi menjadi dua golongan ,yaitu Golongan Ayat-ayat Makkiyah, yakni ayat - ayat Al-Qur'an yang di turunkan di kota Mekkah. Golongan Ayat-ayat Madaniyah, yakni ayat - ayat Al-Qur'an yang di turunkan di kota Madinah. b. Kedudukan Al-Qur'an Sebagai Sumber Hukum Islam Sebagai sumber hukum Islam, maka Al-Qur'an tentu saja memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia. Al-Qur'an menrupakan sumber utama dan yang paling utama sehingga segala jenis persoalan semua solusinya harus merujuk padanya. Allah SWT telah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 59, sebagai beikurيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلً Artinya Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. QS. An-Nisa ; 59 Kemudian Allah SW juga berfirman dalam surah An-nisa ayat 105, yaituِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا Artinya Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang orang yang tidak bersalah, karena membela orang-orang yang khianat. QS. An-Nisa ; 105 Selain itu dalam sebuah hadits Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang artinya “… Amma ba’du wahai sekalian manusia, bukankah aku sebagaimana manusia biasa yang diangkat menjadi rasul dan saya tinggalkan bagi kalian semua dua perkara utama/besar, yang pertama adalah kitab Allah yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya/penerang, maka ikutilah kitab Allah al-Qur’an dan berpegang teguhlah kepadanya …” Muslim Setelah membaca dan memahami dua ayat Al-Qur'an yang merupakan firman Allah SWT dan hadits Rasulullah SAW di atas, maka semakin jelaslah bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber hukum baik dalam konteks kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat demikian, karena tidak semua hukum-hukum yang terdapat dalam Kitab Suci al-Qur’an bersifat rinci dan sangat jelas maksudnya, maka di perlukan pemahaman mendalam untuk memahami hukum - hukum yang masih bersifat umum. c. Kandungan Hukum Dalam Al-Qur'an Para Ulama sepakat membagi jenis hukum yang terdapat di dalam Al-Qur'an dalam tiga bagian, antara lain Akidah Keimanan Akidah merupakan dasar keyakinan yang tertancap kuat di dalam hati. Hal paling dasar dalam beragama adalah Akidah. Akidah terkait dengan keimanan, seperti misalnya percaya terhadap hal-hal gaib seperti yang disebutakan dalam rukun iman , yakni beriman kepada Allah SWT, beriman kepada Malaikat, beriman kepada Kitab Suci, beriman kepada para Nabi dan Rasul, beriman kepada hari Kiamat, dan beriman kepada qada serta qadarnya Allah SWT. Syari’ah Ibadah Hukum Syariah adalah hukum yang mengatur tentang tata cara dalam beribadah baik yang berhubungan langsung dengan Allah SWT yang kita sebut sebagai,"Ibadah Magdah" maupun ibadah yang berhubungan dengan sesama makhluk yang disebut sebagai, "Ibadah gairu mahdah". Ilmu yang memepelajari tentang tata cara dalam beribadah dalam agama Islam di sebut ilmu Fiqh. Ilmu fiqh di bagi menjadi dua, yaitu Hukum Ibadah, yakni hukum yang mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah yang sesuai dengan ajaran Agama Islam. Di dalam hukum ini terkandung perintah untuk mengerjakan ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya. Hukum Mu’amalah. yakni hukum yang mengatur hubungan antara sesama manusia, seperti misalnya hukum tentang tata cara jual-beli, hukum pidana, hukum perdata, hukum warisan, hukum pernikahan, politik, dan hukum lainnya. Akhlak atau Budi Pekerti Akhlak sangat erat kaitannya dengan tingkah laku seseorang. Ahlak adalah tuntunan dalam berhubungan antara manusia dengan Allah SWT., hubungan antara sesama manusia dan hubungan antara manusia dengan mahlukNYA. Ahlak akan tercermin dalam perbuatan manusia mulai dari gerakan mulut ucapan, tangan, dan kakinya. Demikianlah uraian artikel tentang Memahami Al-Qur'an, Hadits Dan Ijtihad Sebagai Sumber Hukum Islam, khususnya mengenai Al-Qur'anul karim. Pembahasan selanjutnya akan saya sambung dengan ulasan mengenai Hadiits sebagai sumber hukum dalam agama Islam. Semoga ulasan artikel kali ini berguna dan bermanfaat untuk kita semua dalam rangka mendekatkan diri kepadaNYA. Manusia merupakan makhluk hasil ciptaan. Dalam perjalanan hidupnya manusia butuh untuk mengenal penciptanya. Salah satu jalan untuk mengenal pencipta adalah melalui agama. Dengan cara seperti ini manusia dapat mengetahui darimana berasal, harus bagaimana selama hidup, dan kemana tujuan akhirnya. Islam sebagai sebuah agama memberi petunjuk kepada manusia melalui beberapa medium agar manusia mengetahui aturan hidup selama di dunia dengan cara yang benar. Medium tersebut disampaikan melalui seorang manusia pilihan, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Sumber utama hukum islam adalah Al-Quran, merupakan kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, berisi ajaran tentang keimanan akidah/tauhid/iman, peribadahan syariat, dan budi pekerti akhlak. Pada awalnya, Al-Quran disampaikan secara lisan oleh Rasul kepada umatnya. Rasul tidak serta merta menyampaikan Al-Quran. Rasul menyampaikan Al-Quran berdasarkan wahyu dari Allah sang pencipta yang disampaikan melalui malaikat jibril. Dengan semakin berkembangnya jaman Al-Quran telah didokumentasikan dalam bentuk buku. Tidak hanya berbentuk buku cetak tapi juga berbentuk buku elektronik bahkan sebuah aplikasi. Dokumentasi Al-Quran dalam bentuk mushaf dimulai setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat. Selain Al-Quran, terdapat dua lagi sumber hukum islam, yaitu Hadits dan Ijtihad. Ketiga sumber hukum ini merupakan tuntunan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Ajaran yang tidak berasal dari ketiga sumber hukum tersebut bukan merupakan ajaran islam. Al-Quran dan Hadits berasal langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ijtihad merupakan hasil pemikiran umat Islam, yakni para ulama mujtahid yang berijtihad, dengan tetap mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Al-Quran Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al-Quran disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama syarak. Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al Qur'an dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al-Qur'an namun tidak ada yang saling bertentangan. "Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam" 1037. "Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab sebelumnya..." 3531. Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau pembukuan yang dilakukan para sahabat. Pertama kali dilakukan oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar, lalu pada masa Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad hoc penyusunan mushaf Al-Quran yang diketuai Zaid. Karenanya, mushaf Al-Quran yang sekarang disebut pula Mushaf Utsmani. Hadits Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-istiadat" atau "kebiasaan" traditions. Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi Muhammad SAW. Penetapan taqrir adalah persetujuan atau diamnya Nabi SAW terhadap perkataan dan perilaku sahabat. Menurut derajat keasliannya, hadits terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain Sahih Hasan Daif lemah Maudu' palsu Hadits yang dijadikan acuan hukum hanya hadits dengan derajat sahih dan hasan. Menurut kesepakatan ulama salaf generasi terdahulu, hadits daif masih diperbolehkan selama digunakan untuk memacu gairah beramal fadilah amal. Sedangkan hadits dengan derajat maudu' dan derajat hadits di bawahnya wajib ditinggalkan, namun tetap perlu dipelajari dalam ranah ilmu pengetahuan. Hadits merupakan sumber hukum Islam setelah al Quran. Di dalamnya berisikan aturan pelaksanaan, tata cara ibadah, akhlak, dan ucapan yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Walaupun ada beberapa perbedaan ulama ahli fiqih dan ahli hadist dalam memahami makna di dalam Al-Quran dan Hadits tapi semua merupakan upaya dalam mencari kebenaran demi kemaslahatan ummat, namun hanya para ulama mazhab ahli fiqih dengan derajat keilmuan tinggi dan dipercaya ummat yang bisa memahaminya dan semua ini atas kehendak Allah. Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam dijelaskan Al-Quran dan sabda Nabi Muhammad SAW. "Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka menjadikanmu Muhammad sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak merasa berat hati terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuh hati" 465. "Apa yang diberikan Rasul Muhammad kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah" 597. "Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang selama kalian berpegang teguh dengan keduanya kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah Al-Quran dan Sunnah-ku." HR. Hakim dan Daruquthni. "Berpegangteguhlah kalian kepada Sunnahku dan kepada Sunnah Khulafaur Rasyidin setelahku" Abu Daud. Sunnah merupakan "penafsir" sekaligus "juklak" petunjuk pelaksanaan Al-Quran. Sebagai contoh, Al-Quran menegaskan tentang kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku serta sujud. Informasi detail mengenai pelaksanaan shalat dijelaskan melalui Sunnah atau Hadits Rasulullah, mulai takbiratul ihram bacaan "Allahu Akbar" sebagai pembuka shalat, doa iftitah, bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud, hingga bacaan tahiyat dan salam. Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, beliau melarang para sahabatnya menuliskan apa yang dikatakannya. Kebijakan itu dilakukan agar ucapan-ucapannya tidak bercampur-baur dengan wahyu Al-Quran. Karenanya, seluruh Hadits waktu itu hanya berada dalam ingatan atau hapalan para sahabat. Kodifikasi Hadits dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz 100 H/718 M, lalu disempurnakan sistematikanya pada masa Khalifah Al-Mansur 136 H/174 M. Para ulama waktu itu mulai menyusun kitab Hadits, di antaranya Imam Malik di Madinah dengan kitabnya Al-Mutwaththa, Imam Abu Hanifah menulis Al-Fiqh, serta Imam Syafi'i menulis Ikhtilaful Hadits, Al-Um, dan As-Sunnah. Berikutnya muncul Imam Ahmad dengan Musnad-nya yang berisi Hadits. Ulama Hadits terkenal yang diakui kebenarannya hingga kini adalah Imam Bukhari 194 H/256 M dengan kitabnya Shahih Bukhari dan Imam Muslim 206 H/261 M dengan kitabnya Shahih Muslim. Kedua kitab Hadits itu menjadi rujukan utama umat Islam hingga kini. Imam Bukhari berhasil mengumpulkan sebanyak hadits yang kemudian diseleksinya. Imam Muslim mengumpulkan hadits yang kemudian diseleksinya. Ulama Hadits lainnya yang terkenal adalah Imam Nasa'i yang menuangkan koleksi haditsnya dalam Kitab Nasa'i, Imam Tirmidzi dalam Shahih Tirmidzi, Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud, Imam Ibnu Majah dalam Kitab Ibnu Majah, Imam Baihaqi dalam Sunan Baihaqi dan Syu'bul Imam, dan Imam Daruquthni dalam Sunan Daruquthni. Ijtihad Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Pelakunya disebut Mujtahid. Lazimnya, Mujtahid adalah para ulama yang integritas keilmuan dan akhlaknya diakui umat Islam. Hasil Ijtihad mereka dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad dilakukan secara bersama-sama atau kolektif, maka hasilnya disebut Ijma' atau kesepakatan. Ijtihad adalah sebuah usaha para ulama untuk menetapkan sesuatu putusan hukum Islam berdasarkan Sumber hukum Islam adalah suatu rujukan, landasan, atau dasar yang utama dalam pengambilan hukum Islam. Sumber hukum islam dalam bahasa arab yaitu الأدلة الشرعية الإسلامية al adillah al syar'iyyah al islamiyyah‎ yang memiliki arti sebagai rujukan pengambilan keputusan untuk menghukumi suatu perbuatan dalam syariat islam dengan cara yang dibenarkan, contohnya adalah hukum wajib, sunnah, mubah, ataupun haram. Sumber hukum tersebut menjadi pokok ajaran Islam sehingga segala sesuatu haruslah bersumber atau berpatokan kepadanya. Hal tersebut menjadi pangkal dan tempat kembalinya segala sesuatu. Ia juga menjadi pusat tempat mengalirnya sesuatu. Oleh karena itu, sebagai sumber yang baik dan sempurna, hendaklah ia memiliki sifat dinamis, benar, dan mutlak. Dinamis maksudnya adalah al-Qur’an dapat berlaku di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Benar artnya al-Qur’an mengandung kebenaran yang dibuktkan dengan fakta dan kejadian yang sebenarnya. Mutlak artnya al-Qur’an tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan terbantahkan. Adapun yang menjadi sumber hukum Islam, yaitu al-Qur’an, Hadis, dan Ijthad. 1. Kedudukan al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan harus merujuk dan berpedoman kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam al-Qur’anيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا Artnya “Wahai orang-orang yang beriman! Ta’atlah Allah dan ta’atlah Rasul-Nya Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Swt. al-Qur’an dan Rasu-Nyal sunnah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” an-Nisa [4]59 Dalam ayat yang lain Allah Swt. menyatakanإِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُن لِّلْخَائِنِينَ خَصِيمًا Artnya “Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab al-Qur’an kepadamu Muhammad membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang orang yang tidak bersalah, karena membela orang yang berkhianat.” an-Nisa [4]105 Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda Artnya “... Amma ba’du wahai sekalian manusia, bukankah aku sebagaimana manusia biasa yang diangkat menjadi rasul dan saya tnggalkan bagi kalian semua ada dua perkara utama/besar, yang pertama adalah kitab Allah yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya/ penerang, maka ikutlah kitab Allah al-Qur’an dan berpegang teguhlah kepadanya ... Muslim Berdasarkan dua ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa al-Qur’an adalah kitab yang berisi sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur’an sumber dari segala sumber hukum baik dalam konteks kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Namun demikian, hukumhukum yang terdapat dalam Kitab Suci al-Qur’an ada yang bersifat rinci dan sangat jelas maksudnya, dan ada yang masih bersifat umum dan perlu pemahaman mendalam untuk memahaminya. 2. Kedudukan Hadis atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tngkat di bawah alQur’an. Artnya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam alQur’an, yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah Swtوَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ Artnya “... dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa-apa yang dilarangnya, maka tnggalkanlah.” al-Hasyr [59]7 Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang lainمَّن يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا Artnya “Barangsiapa menaat Rasul Muhammad, maka sesungguhnya ia telah menaat Allah Swt. Dan barangsiapa berpaling darinya, maka ketahuilah Kami tidak mengutusmu Muhammad untuk menjadi pemelihara mereka.” an-Nisa [4]80 3. Kedudukan Ijthad sebagai Sumber Hukum Islam Ijthad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah alQur’an dan hadis. Ijthad dilakukan jika suatu persoalan tidak ditemukan hukumnya dalam al-Qur’an dan hadis. Namun demikian, hukum yang dihasilkan dari ijthad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an maupun hadis. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. Artnya “Dari Mu’az, bahwasanya Nabi Muhammad saw. ketka mengutusnya ke Yaman, ia bersabda, “Bagaimana engkau akan memutuskan suatu perkara yang dibawa orang kepadamu?” Muaz berkata, “Saya akan memutuskan menurut Kitabullah al-Qur’an.” Lalu Nabi berkata, “Dan jika di dalam Kitabullah engkau tidak menemukan sesuatu mengenai soal itu?” Muaz menjawab, “Jika begitu saya akan memutuskan menurut Sunnah Rasulullah saw.” Kemudian, Nabi bertanya lagi, “Dan jika engkau tidak menemukan sesuatu hal itu di dalam sunnah?” Muaz menjawab, “Saya akan mempergunakan pertmbangan akal pikiran sendiri ijthadu bi ra’yi tanpa bimbang sedikitpun.” Kemudian, Nabi bersabda, “Maha suci Allah Swt. yang memberikan bimbingan kepada utusan Rasul-Nya dengan suatu sikap yang disetujui Rasul-Nya.” Darami Rasulullah saw. juga mengatakan bahwa seseorang yang berijthad sesuai dengan kemampuan dan ilmunya, kemudian ijthadnya itu benar, maka ia mendapatkan dua pahala, Jika kemudian ijthadnya itu salah maka ia mendapatkan satu pahala. Hal tersebut ditegaskan melalui sebuah hadis Artnya “Dari Amr bin As, sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, “Apabila seorang hakim berijthad dalam memutuskan suatu persoalan, ternyata ijthadnya benar, maka ia mendapatkan dua pahala, dan apabila dia berijthad, kemudian ijthadnya salah, maka ia mendapat satu pahala.” Bukhari dan Muslim Pembagian Hukum Islam Para ulama membagi hukum Islam ke dalam dua bagian, yaitu hukum taklif dan hukum wad’i. Hukum taklif adalah tuntunan Allah Swt. yang berkaitan dengan perintah dan larangan. Hukum wad’i adalah perintah Allah Swt. yang merupakan sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya taklif terbagi ke dalam lima bagian, yaitu sebagai berikut. Wajib fardu, yaitu aturan Allah Swt. yang harus dikerjakan, dengan konsekuensi bahwa jika dikerjakan akan mendapatkan pahala, dan jika ditnggalkan akan berakibat dosa. Pahala adalah sesuatu yang akan membawa seseorang kepada kenikmatan surga, sedangkan dosa adalah sesuatu yang akan membawa seseorang ke dalam kesengsaraan neraka. Misalnya perintah wajib śalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Sunnah mandub, yaitu tuntutan untuk melakukan suatu perbuatan dengan konsekuensi jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditnggalkan karena berat untuk melakukannya tdaklah berdosa. Misalnya ibadah salat rawatb, puasa Senin-Kamis, dan sebagainya. Haram tahrim, yaitu larangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau perbuatan. Konsekuesinya adalah jika larangan tersebut dilakukan akan mendapatkan pahala, dan jika tetap dilakukan akan mendapatkan dosa dan hukuman. Akibat yang ditmbulkan dari mengerjakan larangan Allah Swt ini dapat langsung mendapat hukuman di dunia, ada pula yang dibalasnya di akhirat kelak. Misalnya larangan meminum minuman keras/narkoba/khamr, larangan berzina, larangan berjudi, dan sebagainya. Makruh Karahah, yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan. Makruh artnya sesuatu yang dibenci atau tdak disukai. Konsekuensi hukum ini adalah jika dikerjakan tdaklah berdosa, akantetapi jika ditnggalkan akan mendapatkan pahala. Misalnya mengonsumsi makanan yang beraroma tdak sedap karena zatnya atau sifatnya. Mubah al-Ibahah, yaitu sesuatu yang boleh untuk dikerjakan dan boleh untuk ditnggalkan. Tidaklah berdosa dan berpahala jika dikerjakan ataupun ditnggalkan. Misalnya makan rot, minum susu, tdur di kasur, dan sebagainya.

perbedaan alquran hadis dan ijtihad